Karena Aturan Baru yang Diterapkan Taliban, Kampus-kampus di Afghanistan Terlihat Lenggang

KabulUniversitas-universitas di Kabul hampir kosong pada hari pertama tahun ajaran baru di Afghanistan, karena para dosen dan mahasiswa bergulat dengan aturan ketat baru Taliban di ruang-ruang kelas.

Taliban mengatakan perempuan diizinkan kuliah di universitas swasta di bawah rezim baru mereka, tapi mereka harus menghadapi pembatasan-pembatasan ketat terkait pergerakan dan cara berpakaian.

Mahasiswi hanya boleh masuk kelas jika memakai abaya atau gamis dan cadar atau niqab. Kelas juga harus dipisah dengan mahasiswa.

"Mahasiswa kami tidak menerima ini dan kami harus menutup universitas," jelas Direktur Universitas Gharjistan di Kabul, Noor Ali Rahmani, di kampusnya yang lengang pada Senin (6/9).

"Mahasiswi kami memakai jilbab, bukan niqab," imbuhnya, seperti dikutip dari AFP, Selasa (7/9).

Pada Minggu, otoritas pendidikan Taliban menerbitkan dokumen panjang berisi aturan di ruang kelas, salah satunya kelas harus dipisah antara laki-laki dan perempuan atau setidaknya dibatasi dengan tirai jika kelas berisi 15 mahasiswa atau kurang.

"Kami katakana kami tidak menerimanya karena itu sulit dilaksanakan," kata Rahmani kepada AFP.

"Kami juga mengatakan ini bukan Islam yang sesungguhnya, itu bukan yang disampaikan Alquran."

Taliban juga mengatur mahasiswi hanya boleh diajar dosen perempuan atau "dosen laki-laki sepuh" dan harus ada pintu masuk khusus perempuan. Mereka juga harus mengakhiri kuliah lima menit sebelum kelas mahasiswa agar mereka tidak berbaur di luar kelas.

Rahmani mengatakan hanya 10 sampai 20 persen dari 1.000 mahasiswa yang mendaftar tahun lalu yang masuk pada Senin, walaupun tidak ada kelas yang dijadwalkan. Dia memperkirakan sampai 30 persen mahasiswa telah meninggalkan Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu.

Ingin tinggalkan Afghanistan

Dosen ilmu komputer di Universitas Gharjistan, Reza Ramazan mengatakan mahasiswa secara khusus berisiko ketika berjalan ke kampus.

"Bisa bahaya di titik pemeriksaan," ujarnya.

"Taliban bisa memeriksa ponsel dan komputer mereka."

Seorang mahasiswa jurusan ilmu komputer, Amir Hussein (28) mengatakan semuanya telah berubah setelah Taliban mengambil alih pemerintah.

"Banyak mahasiswa tidak tertarik lagi kuliah karena mereka tidak tahu seperti apa masa depan mereka," ujarnya.

"Sebagian besar dari mereka ingin meninggalkan Afghanistan."

Juru bicara Universitas Ibn-e Sina di Kabul, Jalil Tadjlil, menyampaikan pihaknya telah membuat pintu masuk khusus untuk mahasiswa dan mahasiswi.

"Kami tidak punya otoritas untuk menerima atau menolak keputusan tersebut yang telah diberlakukan," ujarnya kepada AFP, menyebut sepinya kampus karena keadaan yang tidak pasti.

Universitas ini mengunggah sebuah gambar di media sosial menunjukkan mahasiswa dan mahasiswi dipisahkan tirai.

Foto-foto yang dibagikan di Facebook oleh Fakultas Ekonomi dan Manajemen menunjukkan enam perempuan memakai jilbab dan 10 laki-laki terpisahkan tirai abu-abu, sementara seorang dosen laki-laki menulis di papan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahli Kedokteran di Sumbar Menemukan 15 Suspek Varian Omicron

Menhan Amerika Serikat Akan Beri Hukuman dan Penalti Bagi Pasukan Garda Nasional yang Menolak di Vaksinasi

Badan Kesehatan Dunia WHO Mengatakan Covid-19 Varian Omicron Teleh Menyebar ke 57 Negara