Pakar Wabah Menduga Penurunan Covid-19 RI Karena Kekebalan Infeksi Alamiah Tercipta

JakartaKasus corona di Indonesia terus menurun dalam beberapa minggu terakhir. Di Jawa-Bali, kasus sudah turun 93 persen dari puncak gelombang kedua pada Juli 2021.

"Positivity price kita sekitar 5%, tapi catatannya macam-macam," kata epidemiologi Unair Windhu Purnomo.

Catatan yang dimaksud Windhu antara lain masih adanya potensi gelombang ketiga hingga tes belum merata.

Lantas menurutnya, apa yang menyebabkan kasus corona di Indonesia konsisten turun?


"Mungkin soal faktornya apa kalau dugaannya saya tapi harus dibuktikan dengan survei, dugaan saya adalah kekebalan populasi akibat infeksi alamiah itu terjadi. Jadi kekebalan yang alamiah bukan karena vaksinasi," ujar Windhu.

Windhu menjelaskan hal itu didukung dengan fakta vaksinasi corona masih jauh dari target 70 persen populasi. Sejauh ini baru 19-20 persen yang menerima vaksinasi lengkap atau 42 juta orang.

"Vaksinasi masih jauh. Tapi karena infeksi alamiah yang sudah kita alami kemarin, kemarin kita sempat tinggi banget dan itu tidak semua terdeteksi karena testing kita rendah," kata dia.

Kasus di bulan Juli sangat tinggi 40-50 ribuan. Mencapai puncak tertinggi pada 15 Juli, 56.757 kasus corona terdeteksi dalam 24 jam.

Sementara jumlah tes saat itu juga belum tinggi-tinggi amat. Paling maksimal 228 orang per hari, harusnya bisa 400-450 ribu tes.

Ini yang kemudian memunculkan dugaan kasus corona sebenarnya di lapangan bisa jauh lebih dari 50 ribu per hari. Hanya saja mereka tak terdeteksi karena tes minim.

Jadilah sudah banyak yang menurut Windhu sudah terinfeksi dan dapat kekebalan alamiah,"Kemudian banyak kematian juga tidak dilaporkan. Jadi dugaan saya kekebalan alamiah karena kan wabah itu tanpa ada intervensi apa pun, turun sendiri sebetulnya. Tetapi dengan kematian yang cukup besar," ujarnya.

"Dugaan saya mengalami kematian yang tinggi, yang setiap hari terima berita duka kerabat kita meninggal," sambungnya.

Jadi, itu salah satu faktor yang paling mungkin membuat kasus corona di Indonesia turun belakangan ini, di akhir Agustus hingga saat ini. Sebab, kalau vaksinasi peranannya masih kecil, belum punya peran untuk kekebalan populatif.

Lalu, bagaimana dengan positivity rate yang kini sudah di bawah 5 persen?


Windhu meminta seluruh pihak harus hati-hati melihat dan mempercayai positivity rate. Sebab, positivity rate nasional dihitung dari total tes PCR dan antigen.

Padahal menurutnya, tes antigen di Indonesia ini kebanyakan masih dalam keperluan skrining. Jadi tetap dilaporkan sebagai tes, padahal tes yang dimaksud bukan untuk diagnostik seperti PCR.

"Jadi bukan untuk pernyataan diagnostik jadi bukan di bikin bukti tapi persyaratan-persyaratan, tapi itu dimasukkan ke laporan-laporan. Sehingga seolah-olah karena dengan antigen diagnostik positivity ratenya kalau digabungkan memang rendah," ungkapnya.

"Tapi kalau kita lihat yang asli dari PCR enggak bisa serendah ini positivity rate itu belum mencapai di bawah 5% tapi memang trennya turun," tutur dia.

"Jadi kabar baiknya itu mungkin karena infeksi yang tinggi itu menyebabkan kekebalan komunitas," tutup Windhu.

Namun Windhu menegaskan semua tetap harus waspada. Lonjakan kasus bisa saja terjadi karena pelonggaran dan pelanggaran terhadap protokol kesehatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahli Kedokteran di Sumbar Menemukan 15 Suspek Varian Omicron

Menhan Amerika Serikat Akan Beri Hukuman dan Penalti Bagi Pasukan Garda Nasional yang Menolak di Vaksinasi

Badan Kesehatan Dunia WHO Mengatakan Covid-19 Varian Omicron Teleh Menyebar ke 57 Negara